dalam hening
kehilangan itu pernah aku rasakan
petir menyambar, pondok rubuh, gunung berderai dg laharnya
laut terbelah dua, bahkan semua penghuni hutan berlarian, hama dan debu berhamburan.
tak ada yang dapat mewakilkan
bahkan, jeritan pun tak dapat mewakilkan
kata-kata juga tak kan bisa menguntainya
begitu tak terbayangkannya
untuk ibu…
ku tak mau kehilanganmu
karena ibu, kaulah denyut jantung dan helaan nafasku
sahabat…
kau berada di samping ibuku
kenapa kau bingung tuk goreskan tinta pada sahabatmu
apa tak adalagi kehangatan itu?
lorong…
saat ini aku berada di lorong sempit
ia membuat dadaku sempit
ia membuat dadaku sesak
ingin ku gapai anganku
angan akan kerinduanku pada sahabatku
tapi tangan ini semakin buntung untuk meraihnya
dan aku sepi di keramaian ini…
sahabat…
ingatkah kamu?
tetes airmata yang menemani kita dulu?
untaian bait lagu ikut menghangatkan kita
semua mata pun tertuju pada kita
sahabat…
sekarang dingin sudah semua
aku bagai gajah di pelupuk mata
“tampak tapi tak bermakna”
sahabat
lirihku…
rapuh pula jiwaku
rindu ini mencabik organ tubuhku
bahkan salju itu masuk ke dalam setiap titik pori-poriku
sahabat
aku kedinginan
tanganku membeku
bibirku kelu
kekakuan menghadangku
menghadang cinta kita…
SAHABAT, AKU TAKUT KEHILANGANMU
roumink 4:53 am on Desember 27, 2008 Permalink
sahabat ternyata tak pernah benar-benar ada. Untuk dirimu atau untuk dirikita…
kau sendirian dan akan selalu sendirian, seperti gelapnya malam dikesenyapan. Sesak dan pengap.
suatu saat kawan, kau akan tahu jalan menuju malam kepulangan menuju sahabat sejati.
tutihandriani 12:16 pm on Desember 27, 2008 Permalink
seindah apapun huruf terukur, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda?
dapatkah ia dimengerti, jika tak ada spasi? (Dee)
percayalah sahabat, semua kegundahanmu itu hanya utk sesaat, karena ku yakin tak ada yg dapat menghapus semua alur kisah kita..
yosie 8:48 pm on Desember 27, 2008 Permalink
susah memang tuk ungkapkan betapa besarnya rasa sayang ini baik untuk sahabat, orang tua, maupun pacar…
namun saat ini rasa ego, putus asa, dan takut lebih membelenggu
dan takkan mudah hilang barang sesaat.
kalaupun aku akan sendiri
lebih baik mati karena sahabat itu ada di samping ibu ku
dan ketika aku kehilangan ibu aku akan mati
begitu pula ketika aku kehilangan sahabatku
karena dialah sahabat sejatiku
roumink 8:59 pm on Desember 27, 2008 Permalink
wahwah yang lagi saling curhat-curhatan…
ikut dunk…
wakwakakwakak…
ternyata sebuah puisi telah bercerita untuk dirinya….
della 4:38 pm on Desember 28, 2008 Permalink
hari gini masih percaya sahabat???
sahabat hanya kepentingan..
ketika tak ada kepentingan di mana sahabat???
ingat2 kepentingan,,
sekali lagi kepentingan…sebenarnya tak masalah jika sahabat berdasar kepentingan,,
asal”’
masih saling menghargai…….