Malam Kepulangan
Jerit Mata di Ujung Tangis
Terpuruk goa dalam kesenyapan, tersayat, ditelan inti bumi. Air yang hanyut di bawah pintunya memecah lamun di bebatuan kali. Lamatlamat kerikil kecil penghujung dermaga itu terbawa pulang ke seberang. Aku lelap di dalam mimpi yang terjaga tadi pagi. Kau yang dulu menghilang luka, kini tiba menambal tawa.
Suatu waktu rumahku berada di kesendirian dalam malam yang terletak di kampung hati terkasih. Tanpa diketuk. Ku akan pulang. Begitu ku berlalu.
Kini jentikan jarimu padaku sebagaimana dilakukan oleh para ibu, dan tersenyumlah padaku sebagaimana dilakukan ibu yang melahirkan kita. Kini cukuplah dengan mengatakan, “Siapakah yang dulu berontak dariku bagaikan badai?
“Yang ketika pergi dengan berseru: aku telah terlalu lama duduk ditemani kesendirian, di sana aku telah lupa bagaimana tanpa kata-kata! Mestinya sekarang engkau tahu itu?*
Biarkan segala yang pecah menggantikan yang hilang. Agar terobati tangis yang dulu pernah terluka. Tidak ada lagi rumah tanpa disinggahi. Aku tidak pernah kemana-mana setelah tak dapat pulang.
Kesintingan tergoncang mendengar berita kepulangan. Letupan perasaan berderai di lorong tangis dan tawa. Lelaki yang pulang kemarin hati-hati di tiap sepi menjelang. Ada kebohongan pada daun pintu, di hati yang selalu menunggu. Beribu pintu. Mendesak, memanggil, dan luput!
Kuizinkan malam bertanya kali ini, berkata lelaki pada lindap bibir pagi, “menjadi tua ia karena kedatanganmu. Keriput, tercabik lalu rusak. Aku juga tidak terlalu senang dengan cepatnya embun menelikung, merambat di tulangtulang dedaunan itu. Lalu, panas apa yang kau sukai dari mentari?
“Terlalu lama hati berhenti melangkah. Kutakutkan lidah terlupa meracik kata kata yang dulu begitu pujangga. Lalu, apakah ada diam yang lebih baik daripada kepulangan? Di malam yang jinak tetap saja ku tak menemukan jawaban”.[]
ulfiarahmi 2:32 pm on Desember 21, 2008 Permalink
apakah ada yang lebih baik daripada kepulangan?
pertanyaannya kepulangan seperti apa yang lebih baik, kepulangan dengan duka yang terobat atau kepulangan dengan luka yang tetap ada tapi kebahagian berjalandi sampingnya…
kau tahu kadang derita itu indah ketika ia berjalan bersama bahagia…..
mungkin kau akan bertanya, mana ada?
semua jadi mungkin juka kau ingin…wahahahaha….
roumink 6:19 pm on Desember 22, 2008 Permalink
orang yang pulang menuju kepulangannya sendiri….
terkadang kepulangan menjadi begitu melelehkan….
apakah kita juga orangorang yang pulang itu…..
tapi aku tak pernah benar-benar tahu kepulangan ku sendiri….
suklowor 10:50 am on Desember 25, 2008 Permalink
Kita tidak akan pernah tahu apakah kita berada dalam proses keberangkatan, atau sedang menuju kepulngan… yang aku tahu… kita pasti akan sampai di keabadian… 😀
roumink 4:27 pm on Desember 25, 2008 Permalink
ataukah kita tidak pernah benar-benar ingin pulang…
sampai kepulangan itu akan terlewatkan…
ombenk 11:36 pm on Desember 26, 2008 Permalink
kepergian atau kepulangan bukan untuk dipikirkan.
berpindah dari jejak satu ke jejak yang akan di buat!, bagai mana dengan ini?
atau kita hanya berpikir kemana kita akan pergi dan kemana kita akan pulang!
roumink 12:12 am on Desember 27, 2008 Permalink
entahlah….
sekarang, semakin kabur
rumahku telah meninggalkan kepulangan…
lalu kepada siapa aku akan kembali…
kini, setelah semua itu….
aku tahu satu hal….
di Hijriyah yang baru dan mulai singkap ini….
aku yakin, semua telah berpindah…
dan berputar ke tempat semula…
terimakasih kawan!